08.02
0





“Jika Anda ingin berhasil,pikirkan teater”
Charles Handy

“Aku mau ikut produksi film ini,karena
semua orang dilibatkan.”Kate Winslet

         


Kelas bukanlah segalanya. Malahan kelas sering menjadi penyebab patahnya semangat untuk belajar. Kelas pun sering menjadi sebab pelajaran berubah menjadi cemooh (suatu pembicaraan yang bersifat mengarah ke hal yang kurang baik). Kelas pun sering menjadi sesuatu yang di takutkan karena kelas menjadi ajang anak-anak ’bodoh’ tampak makin bodoh dan anak-anak malas makin tampak malasnya. Bukanlah di kelaslah seorang anak dihukum karena tidak buat PR? Bukankah di kelas pula, anak-anak yang tak bisa menjawab soal di papan tulis menjadi malu. Dan kabar gembiranya, ternyata secara menyerapannya, apa yang di sampaikan di kelas hanya terserap 5-10% di memori peserta. So, what???
            Maka para pengajar harus bepikir terbaik. Lihat adigium yang dipopulerkan Hasan al Banna lewat gerakan tabiyahnya (pembelajaran secara sistem matik melalui jenjang sekolah). Menurut mereka; tarbiya bukan segalanya. Tapi segalanya harus dimulai dari tarbiyah... kelas bukanlah segalanya. Tapi segalanya harus dimulai dari kelas, That is it!  Tapi kelas yang bagaimana yang menjadi tempat dimulainya segalanya itu?
            Kelas sebaiknya diubah menjadi sumber motivasi. Guru-guru harus berubah dari sumber ilmu menjadi inspirator penggalian ilmu. Guru harus menjadi generator bagi siswa untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Maka kelas harus membara dengan semangat yang tak bisa dibeli dimana-mana. Kelas bukan sarana menjatuhkan mental siswa. Tapi kelas harus menjadi sarana bangkitnya mental siswa menjadi raksasa-raksasa peradaban.
            Guru tentu tak bisa mengajarkan semuanya. Tapi guru harus berupaya mengubah siswa pecundang menjadi siswa pemenang.Guru harus membalikkan mental pesimis menjadi mental optimis. Guru harus merubah tikus menjadi singa,merubah perkutut menjadi elang. Kalu demikian, apa yang harus dilakukan guru?
            Selain guru harus memiliki cadangan ilmu yang banyak,kata-kata guru juga harus penuh kebijakan.Kata-katanya pun harus inspiratif dan solitif. Dan ini yang penting..guru harus mampu menyajikannya dengan tepat. Guru harus merubah kelas menjadi panggung teater!Guru harus merubah dirinya menjadi sutradara sekaligus sang aktor. Dan tentunya aktor tersebut harus mempersona para audiens atau para murid.
            Seorang aktor Barat, George C. Scott berkata: ”Harus anda menjadi tiga orang yang berbeda. Anda harus menjadi manusia seutuhnya. Kemudian Anda harus menjadi karakter yang Anda mainkan. Yang lebih penting, Anda harus mampu menarik perhatian orang yang duduk di bari ke-10 agar ia mau terus melihat Anda dan menilai Anda.”
            Karena selama ini kebanyakan para guru tidak menjadi aktor di kelas-kelasnya, maka murid menjadi ngantuk dan pelajaran tidak menjadi menarik. Sebaliknya siswa sudah menungu-nunggu film yang akan mereka tonton selepas kelas. Maka seharusnya guru tak boleh kalah dari para aktor sesungguhnya. Lihatlah Aa Gym, Mario Teguh sampai Andrie Wongso merkalah guru-guru yang menjadi aktor di kelasnya. Sehingga kehadiran mereka dinanti-nanti. Dan tak salah jika mereka disetarakan dengan para selebritis... Anda pun tak boleh kalah, wahai para Guru!!

0 komentar:

Posting Komentar