“Jika Anda ingin
berhasil,pikirkan teater”
Charles Handy
“Aku mau ikut
produksi film ini,karena
semua orang
dilibatkan.”Kate Winslet
Kelas
bukanlah segalanya. Malahan kelas sering menjadi penyebab patahnya semangat
untuk belajar. Kelas pun sering menjadi sebab pelajaran berubah menjadi cemooh
(suatu pembicaraan yang bersifat mengarah ke hal yang kurang baik). Kelas pun sering
menjadi sesuatu yang di takutkan karena kelas menjadi ajang anak-anak ’bodoh’ tampak
makin bodoh dan anak-anak malas makin tampak malasnya. Bukanlah di kelaslah
seorang anak dihukum karena tidak buat PR? Bukankah di kelas pula, anak-anak
yang tak bisa menjawab soal di papan tulis menjadi malu. Dan kabar gembiranya, ternyata
secara menyerapannya, apa yang di sampaikan di kelas hanya terserap 5-10% di
memori peserta. So, what???
Maka para
pengajar harus bepikir terbaik. Lihat adigium yang dipopulerkan Hasan al Banna
lewat gerakan tabiyahnya (pembelajaran secara sistem matik melalui jenjang
sekolah). Menurut mereka; tarbiya bukan segalanya. Tapi segalanya harus dimulai
dari tarbiyah... kelas bukanlah segalanya. Tapi segalanya harus dimulai dari
kelas, That is it! Tapi kelas yang bagaimana yang menjadi tempat
dimulainya segalanya itu?
Kelas
sebaiknya diubah menjadi sumber motivasi. Guru-guru harus berubah dari sumber
ilmu menjadi inspirator penggalian ilmu. Guru harus menjadi generator bagi
siswa untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Maka kelas harus membara dengan
semangat yang tak bisa dibeli dimana-mana. Kelas bukan sarana menjatuhkan
mental siswa. Tapi kelas harus menjadi sarana bangkitnya mental siswa menjadi
raksasa-raksasa peradaban.
Guru tentu
tak bisa mengajarkan semuanya. Tapi guru harus berupaya mengubah siswa
pecundang menjadi siswa pemenang.Guru harus membalikkan mental pesimis menjadi
mental optimis. Guru harus merubah tikus menjadi singa,merubah perkutut menjadi
elang. Kalu demikian, apa yang harus dilakukan guru?
Selain guru
harus memiliki cadangan ilmu yang banyak,kata-kata guru juga harus penuh kebijakan.Kata-katanya
pun harus inspiratif dan solitif. Dan ini yang penting..guru harus mampu
menyajikannya dengan tepat. Guru harus merubah kelas menjadi panggung
teater!Guru harus merubah dirinya menjadi sutradara sekaligus sang aktor. Dan
tentunya aktor tersebut harus mempersona para audiens atau para murid.
Seorang
aktor Barat, George C. Scott berkata: ”Harus anda menjadi tiga orang yang
berbeda. Anda harus menjadi manusia seutuhnya. Kemudian Anda harus menjadi karakter
yang Anda mainkan. Yang lebih penting, Anda harus mampu menarik perhatian orang
yang duduk di bari ke-10 agar ia mau terus melihat Anda dan menilai Anda.”
Karena
selama ini kebanyakan para guru tidak menjadi aktor di kelas-kelasnya, maka
murid menjadi ngantuk dan pelajaran tidak menjadi menarik. Sebaliknya siswa
sudah menungu-nunggu film yang akan mereka tonton selepas kelas. Maka
seharusnya guru tak boleh kalah dari para aktor sesungguhnya. Lihatlah Aa Gym, Mario
Teguh sampai Andrie Wongso merkalah guru-guru yang menjadi aktor di kelasnya. Sehingga
kehadiran mereka dinanti-nanti. Dan tak salah jika mereka disetarakan dengan
para selebritis... Anda pun tak boleh kalah, wahai para Guru!!

0 komentar:
Posting Komentar